Sunday, March 30, 2014

Resensi Novel : Assassins's Creed Brotherhood



Judul                  : Assassin's Creed Brotherhood
Pengarang           : Oliver Bowden
Penerbit              : Ufuk Press

Penerjemah         : Melody Violine
Tahun terbit        : 2011
Tebal                  : 600 halaman
Harga                 : Rp. 79.900


          Novel Assassins Creed Brotherhood Kali ini Menceritakan seri kedua dari kelanjutan Assassins Creed Renaissance , Yang kembali mengisahkan Ezio Auditore Da Firenze yang berjuang untuk memulihkan Roma dari Kesemerawutan dan Cerita pada sequel kedua dari Assassins Creed Kali ini akan sangat Menyenangkan Dan Menegangkan


        "Aku Akan Berpetualang Ke Jantung Sebuah Kekaisaran Yang Korup. Tapi , Roma Tidak Dibangun Dalam Satu Hari Dan Tak Akan Bisa Di Pulihkan Oleh Seorang Assassin Belaka. Aku Ezio Auditore Da Firenze . Ini Persaudaraanku."

          Kota Roma yang dulu sangat besar, kini tinggal puing. Kota itu penuh dengan kerusakan dan kebusukan. Penduduknya hidup di dalam bayang-bayang keluarga Borgia yang kejam. Hanya satu orang yang bisa membebaskan rakyat Roma dari cengkeraman keluarga Borgia yang tiran. Orang itu adalah Ezio Auditore, Master Assassin.

         Petualangan Ezio akan menguji batas kemampuannya. Cesare Borgia, pria yang lebih jahat dan berbahaya daripada ayahnya, sang Paus, tidak akan berhenti sehingga seluruh Italia berada dalam genggamannya. Dalam masa yang penuh pengkhianatan itu, konspirasi ada dimana-mana, bahkan di dalam tubuh Persaudaraan Assassin sendiri.

         Keunggulan novel ini adalah penggunaan percakapannya menarik sehingga tidak cenderung monoton. Penokohan karakter baik, dan detail-detail yang digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi juga baik sekali. Sedangkan kelemahannya adalah masih banyak kata-kata yang menggunakan bahasa asing, tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik. Konflik cerita kurang variatif.

          Walaupun masih ada kelemahan tersebut, novel ini sangat cocok bagi anda pecinta Assassin's Creed Dan Juga pecinta Game Tersebut.




Resensi Novel : Assassin's Creed The Secret Crusade



Judui                      : Assassin’s Creed: The Secret Crusade
Penulis                   : Oliver Bowden
Penerbit                  : Ufuk Publishing House
Penerjemah             : Melody Violine         
Terbit                     : 2011 (versi asli) Cetakan 1, Juni 2012 (Versi bahasa Indonesia)
Tebal                     : 511 halaman
Harga                     : Rp 74.900,00


            Novel ini menceritakan tentang AltaÏr Ib’n La’Ahad, salah seorang Assassin terhebat di masanya. Cerita perjalanan AltaÏr diangkat dari Jurnal Niccoló Polo, Ayah Marco Polo. Cerita hidup AltaÏr dikisahkan pertama kali dalam novel ini.

            Novel ini menceritakan tentang misi AltaÏr untuk merebut pusaka yang berada di tangan templar, musuh para assassin. Ia ditemani oleh malik dan adiknya, Kadar. Karena kecerobohan dan keangkuhannya, misi tersebut gagal dan AltaÏr haru melihat Malik dan Kadar dibunuh didepannya oleh Robert De Sable, Grand Master Templar pada saat yang sedang menjaga pusaka tersebut. Kembali dengan luka fisik dan luka batin, AltaÏr menceritakan kegagalan misinya kepada Al-Mualim, Gurunya dan pemimpin para assassin. Ketika ia menceritakan semua kejadiannya kepada Al-Mualim, Malik kembali dengan keadaan lusuh dan kehilangan satu tangan memegang pusaka yang diincar oleh AltaÏr. Malik menceritakan bahwa kecerobohan AltaÏr membuat ia kehilangan adiknya dan tangannya. Al-mualim sangat marah kepada AltaÏr. Sebagai hukumannya, pangkat AltaÏr sebagai tangan kanan Al-Mualim dicabut, pangkatnya dijadikan assassin pemula, dan dia diberi sembilan nama untuk dibunuh sebagai pengampunannya. Di antara sembilan nama itu, terdapat nama Robert de Sable.

          Satu demi satu nama yang ada pada daftar sembilan nama itu dibunuh oleh AltaÏr. Ia merasa bahwa ada hubungan antara orang-orang yang ada di daftar itu, Al-Mualim menceritakan bahwa meraka adalah templar. Ketika AltaÏr mencapai nama terakhir pada daftar itu, yaitu Robert de Sable. Kabarnya ia sedang berada di Yerusalem untuk menghadiri sebuah pemakaman. Tetapi, Ezio menyadari itu sebuah jebakan, Robert yang sedang berada di Yerusalem ternyata seorang wanita bernama Maria yang menyamar sebagai Robert.

          Setelah mendapat informasi bahwa Robert yang “asli” berada di Arsuf. AltaÏr langsung menuju ke sana dan memburu Robert dan berhasil membunuhnya. Di menit-menit terakhir Robert, ia berkata bahwa nama-nama yang berada di daftar AltaÏr bukan sembilan, melainkan sepuluh. Saat AltaÏr bertanya siapa orang terakhir tersebut, Ia menjawab bahwa orang terakhirnya adalah Al-Mualim. Bercampur dengan rasa bingung dan ingin tahu kebenaran, AltaÏr berkelana kembali ke Masyaf. Di Masyaf, AltaÏr merasa ada sesuatu yang aneh, seluruh penduduk di Masyaf bersifat kaku dan tidak ramah seperti biasanya. AltaÏr berlari menuju benteng assassin untuk menemui Al-Mualim. Ketika di dalam benteng , AltaÏr menemukan bahwa Al-Mualim sedang menggemgam sebuah bola yang bersinar, yaitu pusaka yang didapatkan dari Yerusalam yang bernama Apel Eden. Al-Mualim telah menggunakan Apel Eden untuk mengendalikan seluruh penduduk Masyaf untuk menjadi budaknya. Dengan rasa keterpaksaan, AltaÏr membunuh Al-Mualim dan seluruh penduduk Masyaf kembali normal, tidak dikendalikan lagi oleh hipnotis Al-Mualim. Al-Mualim adalah seorang pengkhianat, Ia mengkhianati Ordo Assassin.

          AltaÏr pun menjadi pemimpin para assassin, menggantikan Al-Mualim. AltaÏr mempunyai misi untuk menghancurkan Templar sampai akar-akarnya. AltaÏr berkelana menuju Siprus, yang telah menjadi sarang Templar setelah kematian Robert.

          Altair berhasil menyelesaikan misinya. Namun, ia bertemu kembali dengan wanita yang pernah menyamar menjadi Robert de Sable. Mereka jatuh cinta dan Maria mengkhianati Templar dan menjadi seorang Assassin. Tidak lama kemuadia mereka pun menikah.

         Ia merasa bahwa kekuatan Apel Eden ini harius disembunyikan. Ia menguncinya di sebulah ruangan rahasia yang berada di dalam benteng Assassin di Masyaf, dan Kuncinya di belah menjadi lima dan diberi ke Niccoló Polo untuk disembunyikan.



         Dalam novel ini, ceritanya diceritakan secara detail, menyeluruh, dan historis. Selain itu, ceritanya sendiri yang sangat menarik membuat pembaca ingin terus membaca hingga mengeahui akhir kisah ini. Kelemahannya mungkin karena ini novel terjemahan, mungkin ada beberapa kata yang dipakai tidak cocok.

          Jadi , Seri Tentang kisah Master Assassins Yaitu Sang Altair Ibn La'Ahad Sangat menarik untuk di baca terutama untuk kalangan pecinta Assassins Creed Dan Juga Game nya .


Resesnsi Novel : Assassin's Creed Renaissance


Judul buku        : Assassin’s Creed : Renaissance
Pengarang        : Oliver Bowden
Penerjemah       : Melody Violine
Penerbit            : Ufuk Press
Tahun terbit      : 2010
Cetakan            : Juni 2010
Tebal buku        : 592 halaman
Harga               : Rp. 89.900,00

Assassin’s Creed: Renaissance adalah novel yang diadaptasi dari game Assassin’s Creed II, sebuah game laris yang dibuat Ubisoft, dan merupakan karya Oliver Bowden. Oliver Bowden sendiri sebagai pengarang, tidak banyak diketahui detail jati diri dan cerita kehidupan pribadinya. Walaupun kurang terkenal, Oliver Bowden sebenarnya memiliki gaya yang cukup unik dalam menulis novel ini, terutama dari segi gaya bahasa. Bahkan Oliver Bowden mampu menceritakan semuanya menjadi detil-detil yang menarik.

Novel ini sendiri bertema fiksi- sejarah, yang merupakan penggabungan sebuah kisah fiksi dengan suatu sejarah, yang sekaligus menjadi kekuatan dan keunikan tersendiri bagi novel ini. Jadi, sebagian besar dari cerita adalah fiksi, sedangkan sebagian lainnya benar-benar terjadi.

Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup dan petualangan Ezio Auditore da Firenze, seorang pria muda berusia 17 tahun yang membuat keputusan untuk melakukan pembalasan dendam atas kematian ayah dan saudara-saudaranya.  Ia memutuskan untuk bergabung dengan  Assassin, membalas kematian keluarganya yang dibunuh oleh organisasi Ksatria Templar. Ezio pun baru mengetahui dari pamannya bahwa ayahnya juga adalah seorang Assassin, yang kemudian menyebabkan kematian ayahnya, karena Assassin ternyata adalah musuh dari Ksatria Templar. Hal itu membulatkan niat Ezio bergabung dengan pamannya, yang juga seorang Assassin, untuk melawan Ksatria Templar dan keluarga Pazzi yang telah membunuh keluarganya.

Ezio pun harus menjauh dari kehidupan yang damai demi melaksanakan kehidupan yang berbahaya sebagai seorang Assassin. Ia harus berlatih dan bekerja keras agar dapat selamat dan mengalahkan satu demi satu pimpinan Ksatria Templar, dan terutama, membebaskan Italia dari cengkeraman niat jahat sebuah tiran.

Kelebihan Novel ini adalah penggunaan tokoh-tokoh sejarah seperti Leonardo da Vinci dan Niccolò Machiavelli yang menyebabkan pembaca lupa dan tidak yakin bahwa ini adalah cerita fiksi. Penggunaan –penggunaan percakapan dan penokohan karakter-karakter di dalamnya membuat novel ini tidak membosankan. Dan detail-detail yang digunakan untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat itu, sudah cukup baik.

Kekurangannya yang  mengganggu adalah terjemahannya yang masih sering tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang semestinya, juga konflik cerita yang kurang bervariasi terutama di bagian pertengahan buku dimana Ezio hanya berlatih, menyusun strategi dan membunuh Ksatria Templar.

Walaupun demikian , Novel ini sangat menarik untuk di baca oleh para penggemarnya ataupun yang baru tahu akan Kisah Tentang Assassins Creed. dan Menurut saya sendiri Novel Assassins Creed seri lainnya pun sangat menarik untuk di baca .


pHWEwqg4lucPsZUeXE5JCqYbOAc" />