Sunday, March 30, 2014

Resensi Novel : Assassin's Creed The Secret Crusade



Judui                      : Assassin’s Creed: The Secret Crusade
Penulis                   : Oliver Bowden
Penerbit                  : Ufuk Publishing House
Penerjemah             : Melody Violine         
Terbit                     : 2011 (versi asli) Cetakan 1, Juni 2012 (Versi bahasa Indonesia)
Tebal                     : 511 halaman
Harga                     : Rp 74.900,00


            Novel ini menceritakan tentang AltaÏr Ib’n La’Ahad, salah seorang Assassin terhebat di masanya. Cerita perjalanan AltaÏr diangkat dari Jurnal Niccoló Polo, Ayah Marco Polo. Cerita hidup AltaÏr dikisahkan pertama kali dalam novel ini.

            Novel ini menceritakan tentang misi AltaÏr untuk merebut pusaka yang berada di tangan templar, musuh para assassin. Ia ditemani oleh malik dan adiknya, Kadar. Karena kecerobohan dan keangkuhannya, misi tersebut gagal dan AltaÏr haru melihat Malik dan Kadar dibunuh didepannya oleh Robert De Sable, Grand Master Templar pada saat yang sedang menjaga pusaka tersebut. Kembali dengan luka fisik dan luka batin, AltaÏr menceritakan kegagalan misinya kepada Al-Mualim, Gurunya dan pemimpin para assassin. Ketika ia menceritakan semua kejadiannya kepada Al-Mualim, Malik kembali dengan keadaan lusuh dan kehilangan satu tangan memegang pusaka yang diincar oleh AltaÏr. Malik menceritakan bahwa kecerobohan AltaÏr membuat ia kehilangan adiknya dan tangannya. Al-mualim sangat marah kepada AltaÏr. Sebagai hukumannya, pangkat AltaÏr sebagai tangan kanan Al-Mualim dicabut, pangkatnya dijadikan assassin pemula, dan dia diberi sembilan nama untuk dibunuh sebagai pengampunannya. Di antara sembilan nama itu, terdapat nama Robert de Sable.

          Satu demi satu nama yang ada pada daftar sembilan nama itu dibunuh oleh AltaÏr. Ia merasa bahwa ada hubungan antara orang-orang yang ada di daftar itu, Al-Mualim menceritakan bahwa meraka adalah templar. Ketika AltaÏr mencapai nama terakhir pada daftar itu, yaitu Robert de Sable. Kabarnya ia sedang berada di Yerusalem untuk menghadiri sebuah pemakaman. Tetapi, Ezio menyadari itu sebuah jebakan, Robert yang sedang berada di Yerusalem ternyata seorang wanita bernama Maria yang menyamar sebagai Robert.

          Setelah mendapat informasi bahwa Robert yang “asli” berada di Arsuf. AltaÏr langsung menuju ke sana dan memburu Robert dan berhasil membunuhnya. Di menit-menit terakhir Robert, ia berkata bahwa nama-nama yang berada di daftar AltaÏr bukan sembilan, melainkan sepuluh. Saat AltaÏr bertanya siapa orang terakhir tersebut, Ia menjawab bahwa orang terakhirnya adalah Al-Mualim. Bercampur dengan rasa bingung dan ingin tahu kebenaran, AltaÏr berkelana kembali ke Masyaf. Di Masyaf, AltaÏr merasa ada sesuatu yang aneh, seluruh penduduk di Masyaf bersifat kaku dan tidak ramah seperti biasanya. AltaÏr berlari menuju benteng assassin untuk menemui Al-Mualim. Ketika di dalam benteng , AltaÏr menemukan bahwa Al-Mualim sedang menggemgam sebuah bola yang bersinar, yaitu pusaka yang didapatkan dari Yerusalam yang bernama Apel Eden. Al-Mualim telah menggunakan Apel Eden untuk mengendalikan seluruh penduduk Masyaf untuk menjadi budaknya. Dengan rasa keterpaksaan, AltaÏr membunuh Al-Mualim dan seluruh penduduk Masyaf kembali normal, tidak dikendalikan lagi oleh hipnotis Al-Mualim. Al-Mualim adalah seorang pengkhianat, Ia mengkhianati Ordo Assassin.

          AltaÏr pun menjadi pemimpin para assassin, menggantikan Al-Mualim. AltaÏr mempunyai misi untuk menghancurkan Templar sampai akar-akarnya. AltaÏr berkelana menuju Siprus, yang telah menjadi sarang Templar setelah kematian Robert.

          Altair berhasil menyelesaikan misinya. Namun, ia bertemu kembali dengan wanita yang pernah menyamar menjadi Robert de Sable. Mereka jatuh cinta dan Maria mengkhianati Templar dan menjadi seorang Assassin. Tidak lama kemuadia mereka pun menikah.

         Ia merasa bahwa kekuatan Apel Eden ini harius disembunyikan. Ia menguncinya di sebulah ruangan rahasia yang berada di dalam benteng Assassin di Masyaf, dan Kuncinya di belah menjadi lima dan diberi ke Niccoló Polo untuk disembunyikan.



         Dalam novel ini, ceritanya diceritakan secara detail, menyeluruh, dan historis. Selain itu, ceritanya sendiri yang sangat menarik membuat pembaca ingin terus membaca hingga mengeahui akhir kisah ini. Kelemahannya mungkin karena ini novel terjemahan, mungkin ada beberapa kata yang dipakai tidak cocok.

          Jadi , Seri Tentang kisah Master Assassins Yaitu Sang Altair Ibn La'Ahad Sangat menarik untuk di baca terutama untuk kalangan pecinta Assassins Creed Dan Juga Game nya .


No comments:

Post a Comment

Please Leave A Comment From This Article :

1.POLITE
2.NO SARA
3.APPROPRIATE WITH THE TOPIC OR ARTICLE'S

Thank You For Read This Article & Visit Back Next Time

pHWEwqg4lucPsZUeXE5JCqYbOAc" />